Bagi penikmat anime, ‘One Piece’ merupakan salah satu judul paling populer saat ini. Dengan deretan elemen menariknya, seri animasi yang diadaptasi dari manga berjudul sama karya Eiichiro Oda ini berhasil memikat hati banyak orang walau mulai terasa melelahkan dengan kisahnya yang tak kunjung usai.
Untuk meramaikan anime series ini, hadir bermacam-macam judul film berdasarkan animasi bertema bajak laut tersebut, di antaranya ‘One Piece Red’ yang saat ini sedang tayang di bioskop.
‘One Piece Red’ merupakan film anime dengan nama-nama besar di balik layarnya, seperti Eiichiro Oda yang didampingi dengan Goro Taniguchi dan Tsutomu Kuroiwa pada bangku sutradara dan penulis naskah.

Hadir dengan cerita semi-canon, film ke-15 dari ‘One Piece’ ini membawa penonton dalam kisah Uta, seorang penyanyi ternama dari Kerajaan Elegia, yang merupakan teman kecil Luffy dan putri dari Shanks. Akan tetapi, eksistensinya mengancam dunia, membuat bajak laut dan kubu Marine harus bersatu untuk menumpasnya pada dua dimensi berbeda.
Layaknya beberapa film dari seri anime ini, ‘One Piece Red’ hadir dengan usungan narasi yang memiliki sedikit kaitan dengan cerita utamanya. Hal ini dikarenakan kisah di belakangnya yang sempat disinggung pada beberapa episode di ‘One Piece’, menjadikan eksistensi dalam penceritaan besarnya tetap ada walau impact-nya tergolong kecil.

Sebagai cerita yang dapat disebut sebagai standalone, film ini tetap hadir dengan alur yang cenderung maju. Akan tetapi, deretan lore yang dihadirkan tampaknya ditujukan untuk penikmat setia dari ‘One Piece’, utamanya bagi yang telah mengikuti keberjalanannya sepanjang lebih dari 1000 episode hingga kini. Hal ini membuat ‘One Piece Red’ seakan menuntut penonton untuk memahami seri anime-nya terlebih dahulu sebelum menonton filmnya.
Hal menarik yang disajikan dalam ‘One Piece Red’ ini adalah dominasi adegan musikalnya sepanjang durasi film. Menyesuaikan dengan tema musik melalui representasinya, film ini menghadirkan pula laga yang dileburkan dengan sensasi musikal, membuatnya terasa segar bila dibandingkan dengan deretan film lainnya pada franchise ‘One Piece’. Meski hadirkan Uta yang menjadi soul dari film ini, sang antagonis utama terasa memiliki goal yang kelewat ambisius, menjadikannya kurang mengesankan sebagai villain.

Segi teknis yang dihadirkan pada ‘One Piece Red’ juga terlihat menawan. Hal utama yang patut disorot di dalamnya adalah deretan musik yang berhasil membangun keseruan sepanjang film, didukung dengan lirik yang cukup menyentuh.
Selain itu, visual yang diusung pada film ‘One Piece’ ini tampak lebih konsisten dengan gaya animasi 2D versi anime-nya, berbeda dengan ‘Dragon Ball Super: Super Hero’ yang secara blak-blakan hadir dengan gaya animasi 3D sebagai pembeda film dengan anime utamanya.
Pada akhirnya, ‘One Piece Red’ adalah film standalone yang hadir untuk menghibur fans sejati dari ‘One Piece’. Meski hadir dengan musik dan visual menggugah, penceritaannya tampak akan sulit dinikmati bagi penonton yang belum menikmati seri ‘One Piece’ secara mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar